Sebagai perempuan, saya pernah tiba di masa kehilangan jati diri dengan kepercayaan diri yang rendah. Ini dibuktikan dengan betapa saya terpedaya dengan standar, yang mirisnya, masih eksis sampai saat ini: perempuan cantik adalah dia yang bertubuh tinggi langsing, berambut lurus dan berkulit putih. Beberapa tahun yang lalu, saya menyisihkan sebagian gaji saat menjadi reporter demi meluruskan rambut di sebuah salon di Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan. Saya tak peduli betapa tidak nyamannya proses “demi label cantik” itu. Juga akibat lainnya yang hingga sekarang masih saya rasakan seperti rambut rontok, kering dan sulit diatur. Kalau tanpa vitamin, setiap helainya punya kehendak bebas sehingga terbang ke segala penjuru yang dalam tampilan lengkapnya mereka terlihat sungguh acak-acakan. Seiring berjalannya waktu, sejak berkembang pesatnya internet dan sosial media, arus informasi mengalir dengan derasnya. Ada beberapa selebgram yang saya ikuti karena suka dengan karya-karya ...