Malaikat Kecil

Aku tidak bisa berhitung. Tapi, entah berapa waktu yang lalu aku adalah pemenang. Setelah berenang bersama milyaran makhluk sejenisku.
Hanya satu. Tidak dua apalagi sepuluh. Sungguh keajaiban yang amat sangat bisa menjadi yang terpilih. 'Lomba renang' di sepanjang lorong merah muda dan lunak itu pun berakhir. Dan entah apa yang terjadi, aku menembus dinding lunak. Ekorku putus. Lalu aku sendiri dalam ruang baru. Tak kutahu lagi nasib milyaran 'pesaingku'. Mungkin hidup mereka sudah berakhir.
Beberapa waktu berlalu. Tubuhku menggelinding. Semacam dioper oleh tangan lembut satu ke yang lainnya. Terus aku digelindingkan di sepanjang lorong silinder yang sedikit berbuku-buku dan berkelok itu.
Aku tak tahu perjalanan ini berlangsung sampai kapan. Namun, pertanyaanku mulai terjawab. Bermula ketika aku bersua dengan makhluk-entah-a­pa. Ternyata aku tak sendiri!
Kemudian, sebuah daya yang tidak kami sadari mendorong. Hingga kami kian dekat dan melekat. Bersatu. Dan kami tidak lagi dua, melainkan satu.
Sejak itu 'kami' bertransformasi­. Banyak yang berubah. Banyak yang tumbuh. Semacam cabang-cabang.
Namun, suatu hari ada yang amat aneh. Tubuh ini rasanya lemah. Mungkin ada yang tidak sengaja tertelan atau terhirup.
Beberapa waktu kemudian lebih parah lagi. Ruang tempat 'kami' bersemayam mendadak bergoncang. Sangat keras. Lalu dari arah lubang yang terbilang sempit, muncul benda asing. Berkilat dan tampaknya keras. Seperti mencari-cari.
Aku atau entah 'kami', tidak bisa mengelak dengan cekatan. Tidak ada tempat berlari. Dan akhirnya, benda keras dan berkilat itu mengenai tubuh ini. Ujungnya yang sedikit bengkok menyeret. Rasanya semakin lemah, sakit, kian remuk ...
Jauh ... Akhirnya 'kami' tidak lagi dalam ruang. Kini dalam bentuk yang berbeda. Menangisi gumpalan merah yang sudah remuk, kepala yang tak lagi berbentuk. Di atas tempat tidur seorang wanita terkulai lemas dan seorang wanita lain-berbaju serba putih-bernafas lega. Juga pucat. Berbanding terbalik dengan cairan merah yang menodai tangan, wanita di atas tempat tidur dan seprei.
Aku, atau entah 'kami' kini kian menjauh. Sayap-sayap kecil membawaku ke angkasa. Hingga tiba di tempat yang pastinya tidak sesempit 'ruang' 'kami' dulu. Tempat yang begitu indah tiada tandingannya.
*

Comments

Popular posts from this blog

DEKADE

Temukan Cinta dari Hijaunya Alam Kita